
InfoBisnisMedan.net- Berbicara tentang dunia anak memang tidak akan pernah ada habisnya. Kepribadian, cara belajar, dan hal yang disukai pun beragam, tergantung bagaimana lingkungan sekitarnya dan cara orang tua mendidik anaknya tersebut. Memang, menulis lebih mudah jika dibandingkan dengan mendidik anak secara langsung. Oleh karena itu, pada artikel ini akan dijabarkan beberapa poin tentang pentingnya kesehatan emosi dan sosial anak yang dikutip dari tulisan ilmiah Jeannie Ho dan Suzanne Funk.
Menurut McClellean et al., anak-anak yang memiliki kesehatan emosi dan sosial yang seimbang, cenderung memiliki beberapa perilaku dan keahlian, antara lain suasana hatinya yang lebih positif, mendengarkan dan mengikuti arahan yang diberikan oleh orang tua maupun guru di sekolah, memiliki hubungan dekat dengan orang yang sering berada di sekelilingnya (pengasuh, guru, orang tua) atau bahkan mempunyai orang favorit, memiliki rasa peduli terhadap temannya, mengenali dan mampu mengontrol emosi mereka sendiri, dapat memahami emosi orang lain dan memberikan empati, dapat mengekpresikan keinginannya dengan jelas, serta dapat bermain bersama dan terlibat dalam kegiatan kelompok.
Kesehatan emosi dan sosial sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jika salah satu bagian tubuh sedang sakit, tentu aktifitas atau konsentrasinya akan sedikit terganggu. Anak-anak dengan emosi dan sosial yang sehat akan membantu perkembangan dirinya sendiri. Mereka cenderung lebih bahagia, memiliki motivasi yang lebih untuk belajar lebih banyak sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Berbeda dengan anak yang kesehatannya terganggu, akan sulit untuk mengikuti arahan yang diberikan, dan lebih parahnya jika sulit menyesuaikan diri pada saat kegiatan kelompok. Maka dari itu, peran guru di sekolah sangat penting karena sekolah merupakan tempat dimana anak bertemu dengan teman-temannya.
Dua cara yang dapat mempengaruhi kesehatan emosi dan sosial anak antara lain:
1. membangun hubungan kepercayaan dan sistem mengajar yang intensif.
Sebagai orang tua maupun guru, tentu menjadi jembatan anak-anak untuk mengenal orang lain. Namun, sebelum mengenalkannya kepada orang yang lebih banyak, perlu membangun kepercayaan antar keduanya terlebih dahulu. Begitu pula dengan sistem mengajar, materi yang dipilih disesuaikan untuk membangun emosi dan sosial anak.
2. Hubungan kepercayaan dan sistem mengajar yang diterapkan kepada anak.
Membangun hubungan saling percaya, hasilnya dapat dilihat dari aksi yang dilakukan anak, khususnya kepada guru di sekolah. Anak yang sudah percaya terhadap gurunya, tentu lebih berani untuk bertanya, mempelajari hal-hal baru, atau bahkan dengan mudahnya mengekspresikan perasaan mereka.
BACA JUGA: benarkah orang yang selalu bahagia akan lebih cepat sukses ?
Lalu bagaimana Cara untuk mendapat kepercayaan tersebut?
Pertama, menunjukkan perhatian dalam rupa perasaan. Misalnya, ketika bertemu seorang anak, tidak ada salahnya menyapanya terlebih dahulu, selamat pagi, selamat siang, atau selamat malam ketika bertemu di luar jam sekolah. Dapat juga berupa perhatian yang lebih dekat, seperti jabat tangan atau pelukan.
Kedua, menghargai dan peduli terhadap semua anak, sehingga mereka lebih percaya diri. Misalnya, dengan mendengarkan apa yang dikatakan sang anak dan merespon kalimat tersebut dengan positif. Ya, siapa pun orangnya, dalam batas usia berapa pun, jika kalimat yang diucapkan didengarkan dan direspon dengan baik tentu akan berdampak baik pula. Namun, jika tidak didengarkan atau direspon dengan kalimat yang kurang menyenangkan, kepercayaan diri dan keberaniannya untuk menyampaikan ide, perasaan, atau cerita sederhana akan menurun.
Ketiga, menghabiskan waktu dengan kegiatan berkualitas. Guru dituntut untuk lebih peka terhadap keadaan sekitar. Misalnya, tidak semua anak mudah untuk mendapatkan teman, sehingga ketika salah seorang merasa sendirian, tidak ada salahnya untuk ikut bermain bersama.
Sistem mengajar yang diterapkan, merupakan poin kedua yang mempengaruhi kesehatan sosial dan emosi anak.
Pertama, menggunakan buku anak yang berkaitan dengan emosi dan kehidupan sosial, contohnya tolong-menolong, gotong royong, yang dapat diambil dari kisah teladan cerita rakyat atau buku panduan belajar (biasanya memang terdapat cerita pendek dalam buku ajar).
Kedua, perencanaan aktifitas selanjutnya setelah membaca buku cerita. Aktifitas tersebut dapat berkaitan dengan cerita yang disampaikan, salah satunya bernyanyi, menggambar karakter tokoh, dan lain-lain.
Terakhir, apakah poin yang sangat penting dari 2 cara tersebut? SABAR. Ya, karena tidak semua anak merespon hal yang sama terhadap cara-cara di atas.
GOODLUCK YA !! semoga ulasan Seberapa Penting Kesehatan Emosi dan Sosial Pada Seorang Anak ?menambah wawasan kita…
Leave a Reply